Awas, Ada Insomnia yang Mematikan
Vera Farah Bararah - detikHealth
ilustrasi (Foto: telegraph)
Hingga kini para ilmuan masih bingung dengan gangguan genetik langka yang disebut dengan fatal familial insomnia (FFI) yang saat ini dimiliki 40 keluarga di seluruh dunia.
Kondisi ini semakin lama akan semakin buruk karena orang yang menderita FFI sama sekali sulit untuk tidur hingga akhirnya mereka meninggal.
Kondisi ini disebabkan adanya mutasi gen yang menyebabkan kemerosotan pusat tidur di otak atau talamus. Kebanyakan kasusnya akibat penumpukan protein yang dapat mengganggu fungsi tubuh atau pikiran yang vital. Sampai saat ini tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya.
"Hal ini merupakan gangguan tidur formal yang diakui keberadaannya meskipun sangat langka ditemukan, dan hingga saat ini FFI masih seperti misteri yang belum terpecahkan," ujar Michael Breus, PhD, psikolog klinis yang mengkhususkan diri pada penyakit tidur, seperti dikutip dari AOLHealth, Rabu (28/4/2010).
Seseorang yang memiliki gangguan tidur mematikan ini secara bertahap akan kehilangan kemampuan untuk tidur hingga akhirnya orang tersebut tidak bisa tidur sama sekali atau terjaga sepenuhnya.
Kondisi ini akan diikuti dengan kelelahan dan menyebabkan halusinasi, kehilangan memori, gangguan kontrol otot, demensia dan terkadang menyebabkan koma atau meninggal. Rata-rata sekitar sembilan bulan setelah terjadinya kekacauan akan timbul kondisi yang parah.
Usia orang yang mengalami gangguan insomnia ini bervariasi, tapi rata-rata dimulai saat berusia 49 tahun. Selain itu orang-orang ini biasanya tidak akan memberikan respons apapun jika diberi bantuan perawatan untuk insomnia pada umumnya.
"Gejala yang ditimbulkan dari FFI ini tidak jauh berbeda dengan insomnia biasa, tapi lama kelamaan akan menjadi jauh lebih buruk atau parah. Mereka akan terjaga untuk hari ini, besok dan hari-hari berikutnya," ujar Breus.
Para ilmuwan dan dokter baru mengetahui penyakit ini setelah mempelajari kasus Silvano yang terdapat dalam film dokumenter National Geographic. Dalam dokumenter ini diambil gambar saat dirinya tertidur dan setelahnya ia terjaga secara terus menerus.
Silvano berhenti untuk tidur ketika ia berusia 53 tahun, hingga akhirnya ia meninggal setelah terkena koma pada tahun 1984. Kasus kematiannya saat itu begitu berpengaruh hingga penulis D.T. Max menulis buku tentang "The Family That Couldn't Sleep: A Medical Mystery".
Seseorang yang dalam keluarganya memiliki gen ini ada kemungkinan sebesar 50 persen terkena FFI. Ada juga beberapa kaitan yang menghubungkan kondisi ini akibat konsumsi daging dari hewan yang memiliki penyakit sapi gila.
Namun, Breus mendesak agar penderta insomnia tidak terlalu panik karena gangguan ini luar biasa langka. Tapi bagi orang yang memiliki insomnia biasa yang sudah mengganggu kualitas hidup dan kerjanya, tak ada salahnya mencari bantuan agar gangguan tersebut bisa teratasi.
No comments:
Post a Comment
Anda punya tanggapan mengenai artikel ini?
Silakan isi komentar untuk berbagi ilmu disini :