Monday, August 23, 2010

Cara Membasmi Virus Ebola

Virus Mematikan Ebola Bisa Segera Dibasmi

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

img
Foto: thinkstock
Washington, Ancaman senjata biologis membuat Amerika gencar mendanai penemuan obat baru untuk virus-virus mematikan, antara lain Ebola. Upaya itu tidak sia-sia, sebab kini obat baru untuk virus mematikan tersebut telah siap diujikan pada manusia.
Dalam pengujian terhadap kera ekor panjang (cynomolgus monkey), obat tersebut efektif mengatasi virus Marburg hingga 90 persen. Virus ini masih satu keluarga dengan Ebola dalam kelompok filovirus (virus penyebab demam berdarah) dengan tingkat kematian 90 persen.

Dikutip dari France24, Senin (23/8/2010), obat yang dinamakan PMO (phosphorodiamidate morpholino oligomers) ini bekerja dengan menghambat replikasi (penggandaan diri) virus. Terhambatnya replikasi tersebut memberi kesempatan bagi sistem kekebalan tubuh untuk membentuk perlawanan terhadap virus.

Untuk dapat diproduksi secara massal, obat ini masih harus melalui beberapa tahap pengujian. Setelah efektivitas pada kera terbukti, kini US Food and Drug Administration (FDA) telah memberikan lampu hijau untuk menguji keamanannya pada sekelompok kecil relawan.

Apabila keamanan pada manusia sudah terbukti, obat itu masih harus melalui 1 tahap lagi. Dalam kelompok relawan yang lebih besar obat itu akan diuji lagi efektivitasnya, bukan lagi pada kera melainkan manusia.

Di Afrika yang merupakan tempat virus ini berasal, penyakit Ebola banyak menyerang kelelawar pemakan buah dan primata non-manusia. Sementara pada manusia, sejak tahun 1976 WHO telah mencatat 1.850 kasus dengan korban tewas berjumlah 1.200 orang.

Virus ini begitu mematikan, hingga muncul kekhawatiran penyalahgunaan sebagai senjata biologis oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu sejak serangan teroris 11 September 2001, militer AS melalui Pentagon gencar mendanai pengembangan obat untuk Ebola.

Penemuan PMO sebagai antivirus untuk Ebola kali ini juga tak lepas dari peran militer AS. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine ini diprakarsai oleh Badan Riset Militer AS bekerja sama dengan perusahaan farmasi di Washington, AVI BioPharma.


No comments:

Post a Comment

Anda punya tanggapan mengenai artikel ini?
Silakan isi komentar untuk berbagi ilmu disini :

Search !!!

-- Silakan Masukan Kata --

Rubah Bahasa

English French German Spain Italian

Dutch Portuguese Japanese Arabic Chinese Simplified

Adsense

Blog Archive

Komentar Terbaru!